Pengalaman Masa SMP
TUGAS BAHASA
INDONESIA
PENGALAMAN MASA
SMP
Nama: Amalia Tuti Nur Soesmono
NIM: 17311156
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA
2017/2018
Topik : Pertemanan
Tema : Bersama mereka lebih nyaman
BELUM TERLAMBAT
(gambar 1.1 Belum terlambat)
Sekolah menengah pertama adalah masa-masa indah dimana hal-hal
menyenangkan terjadi. Begitu juga dengan wanita yang baru menginjak usia muda
sepertiku. Disini aku menemukan dua orang teman yang membuat hari-hariku jadi
berwarna, dia adalah Caca dan Eka. Mereka adalah cahaya untuk hari-hariku,
menyinari dan menghangatkan hatiku yang terasa abu-abu. Memberikan sesuatu yang
disebut cinta yang beralaskan sebuah persahabatan. Usiaku masih terlalu muda
untuk mengenal apa itu cinta orang dewasa, tetapi yang saya tahu hanyalah cinta
yang terdapat dari mereka berdua. Dalam cerita ini saya akan membahas tentang persiapan berangkat sekolah,
berangkat sekolah, perkenalan, upacara, perut kosong, mengantar teman mendaftar
kandidat ketua OSIS, pertemuan aneh, ketemu lagi, baru sadar, saling
mengungkapkan, semakin renggang dengan teman, pisah dengan kekasih, kembali
kepada teman. Tujuan saya menulis pengalaman ini untuk memenuhi tugas bahasa
indonesia, dan untuk memberitahu bahwa seorang teman adalah segalaanya.
(gambar 1.2 Masuk Sekolah)
Hal apa yang biasanya terjadi saat pertama kali masuk sekolah
setelah libur panjang?. Hal yang pertama yaitu tulisan tangan menjadi jelek,
malas membawa buku pelajaran karena yakin kalau hari pertama guru tidak masuk
ke kelas. Biasanya terjadi waktu masuk sekolah setelah libur panjang adalah
atribut sekolah pada berhilangan entah lupa menaruhnya. “yaelah Ma, kalau inget
dari tadi juga. Aku sekarang enak-enakan nonton spongebob. Gak bakalan masih
nyari sekarang” kataku. Kesal rasanya kalau harus setengah mati mencari atribut
sekolah yang mendadak menghilang setelah liburan. Lebih kesal lagi kalau harus
membuat mama ikut mencari barang itu, karena sudah pasti akan di ceramahin
habis-habisan.
“Makanya, kalau besok mau sekolah itu segala sesuatunya disiapkan
dari malam,” kata Mama. Mama merogoh dibawah tempat tidur itu. “Lah ini masa
setiap Senin kamu ngobrak-ngabrik rumah buat nyari kayak gini, lah ini apa
mal?”. Tiba-tiba, barang itu pun sudah ada di tangan Mama. Aku tidak tahu
persis kekuatan magic apa yang dimiliki Mamaku, dasi biru yang setengah jam
lalu aku cari tapi tidak kunjung dapat, berhasil ia temukan dalam waktu lima
menit saja. Iya sudah aku terima saya diceramahi lagi.
Selesai urusanku
dengan dasi, aku langsung bergegas berangkat sekolah. Dua puluh menit lagi aku
harus ada disekolah. Aku tidak mau hari pertama masuk sebagai siswa kelas
delapan, berantakan hanya gara-gara terlambat. “Ma, berangkat dulu ya.” aku
berteriak karena mama sedang didapur. “eh ini sarapannya dimakan dulu, nanti
kamu pingsan loh pas upacara.” Mama berkata dengan sedikit berteriak. “Duh,
Mama tahu ngak kalau sarapan itu bisa bikin mules?” imbasku sambil menggunakan
kaos kaki. “Darimana ceritanya sarapan bisa mules? Emang Mama masakin sambel
mercon apa?” balas Mama lagi. “Ih kok sambel mercon sih. Tau ah. Berangkat yaa
Maa.” Kataku.
Ku gayuh sepedaku
dengan kencang tetapi hati-hati. Jalanan sedikit becek karena hujan tadi malam.
Aku mengangkat rok biru agar tidak terciprat oleh mobil. Senin pagiku cukup
sempurna. Untuk tadi pagi Salma sudah diantar duluan oleh Ayah. Kalau tidak,
aku pasti sudah kejar-kejaran dengan waktu untuk mengantarnya terlebih dahulu.
Sepuluh menit perjalanan, akhirnya aku sampai juga di sekolahan. Sepeda ku parkirkan
di tempat parkiran. Aku kemudian menyapa Pak Gino yang sedang menyapu di dekat
parkiran. Senyumnya yang khas membuat orang yang melihatnya nyaman.
(gambar 1.3 SMP 2 BAE)
Ini adalah sekolahku. SMP 2 BAE. Salah satu SMP negeri di Kudus.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk sebagai kelas delapan. Perkenalkan nama
saya Amalia. Aku termasuk orang suka bergaul. Saya mempunyai dua teman yaitu
Caca dan Eka. Soal prestasi kita tidak terlalu buruk.
“DORRR!!!!”
Seseorang mengagetkanku. Poninya yang hampir menutup sebagian
mukanya membuat aku pangling. Ternyata Caca dan Eka, ia merupakan teman baikku.
Caca adalah sosok teman yang cantik, penuh pesona, ramah, santun, peduli sesama
teman dan tangguh. Dia lebih gemuk daripada aku sedangkan Eka adalah sosok yang
hebat, karena dia pernah juara karate tingkat daerah. Dia adalah orang yang
baik, cantik, ramah, santun, peduli sesama teman dan kocak.
“E-ayam! Ngagetin aja lu” sahutnya pada aku dan Eka. “Jangan jalan
sambil melamun,” Eka menaik turunkan alisnya, mulai menyebalkan seperti
biasanya. “Mikirin apa sih?”. “ngak mikirin apa-apa sih?” jawab Caca datar.
“Mikirin mantan ya? Duhhh, Ca. Orang-orang udah pada mikir gimana caranya bikin
rumah di Bulan, lo masih aja mikirin mantan” Omel Eka sambil menyenggol
badannya dengan lengannya. “Lah anjir! Ngak mikirin apa-apa kok! Nih lihat
kepala gue kosong”. Protes Caca sambil memiringkan kepalanya ke arah kita. “Isi
kepala lo kemana emang?” sahutku. “Dimakan zombie! Gue habis kalah main plants
vs zombie tadi malam, puas lo?” jawabnya sambil mendekik ke kita. “HAHAHAHA
EMANG LHO HANTU SADAKO.” Sahut Eka sambil tertawa.
Percakapan yang
tak ada ujungnya terus terjadi. Kupercepat langkahku agar bisa sampai di kelas
tepat waktu. Eka dan Caca pun begitu. Kita begitu senang pagi ini mebuat Caca
kesal. Kita bertiga berada di kelas yang sama. Setelah meletakkan tas ke dalam
laci, kita langsung berlari ke lapangan.
Upacara akan segera dimulai. Berdiri di belakang barisan adalah hal
yang paling disukai. Barisan pertama diisi dengan anak-anak pendiam yang taat
peraturan. Anak kalem mana mau diajak ngobrol waktu upacara gini. Mataku dan
Eka celingukan mencari Caca. Tapi sialnya kita baru ingat! Caca kan anggota
PMR. Dia pasti terpisah dari barisan kami. Satu setengah jam lamanya upacara
berlangsung. Rasanya seperti sidang di BK. Memang upacara hari pertama sedikit
lebih lama. Mungkin ada beberapa arahan yang harus disampaikan, terlebih pada
siswa baru kelas tujuh.
Aku sampai tidak ingat siapa saja yang memberi sambutan tadi. Aku
terlalu fokus pada rasa laparku. Perutku menunjukan sinyal minta diisi.
Akhirnya aku berlalu kekantin untuk mengisi perutku itu. Karena tidak sempat
mencari Caca, jadi aku bersama Eka ke kantin terlebih dulu. Sesampainya di
kantin, aku memesan semangkuk sup ayam dan es jeruk. Eka juga memesan menu yang
sama denganku. Hari pertama masuk sekolah biasanya tidak terlalu guru masuk ke
kelas. Jadi kupikir tidak apa-apa aku makan sebentar disini.
Tak lama kemudian, pesananku datang. Kami terlihat asik rebutan
sambal. Tingkah kami seperti tidak pernah makan sup ayam saya. Setelah selesai
makan sup dan minum es jeruk sampai habis. Buru-buru kami melangkah ke ruang
OSIS karena akan ada pemilihan kandidat ketua OSIS. “Permisi, Bu? Boleh saya
masuk?” tanya Eka kepada guru yang merangkap sebagai pembina OSIS. “Ya,
Silahkan.” Pembina itu menyilahkan masuk tetapi tangannya sibuk
membolak-balikan kertas putih. Mungkin itu sebuah proposal. “Katanya ada
pemilihan kandidaat Ketua OSIS? Saya mau mencalonkan diri sebagai ketua OSIS.”
Ucap Eka sedikit pelan agar terlihat sebagai siswa sopan. “Kamu dari kelas
berapa?” tanya pembina OSIS kepada Eka. “kelas Delapan G, Bu?” Eka menjawab.
“Silahkan isi formulirnya dulu. Pemilihan ketua OSIS dilaksanakan besok siang.
Hari ini pendaftaran anggota dulu,” pembina menyodorkan kertas ke Eka. Kemudian
Eka mengisi fomulir itu untuk diserahkan kepada pembina OSIS.
Sambil menggu Eka mengisi, beberapa detik kemudian mataku
memperlihatkan sosok itu. Aku rasa ada yang beda darinya. Di antara kami semua
memakai seragam sedangkan dia memakai jaket. Cowok itu, tingginya sekitar 165
cm. Badannya tegap. Rambutnya hampir menyentuh kerah seragam. Mungkin karena
habis libur panjang, dia bebas dari aturan sekolah. Dia tidak memakai dasi,
bajunya juga tidak dimasukkan ke dalam celana. Tipikal cowok bandel di sekolah,
tetapi tidak pernah melihatnya. Aku memperhatikan sekali lagi. Kulihat
bagaimana cara dia bicara dan merespon teman sebelahnya. Dia punya lesung pipi
yang dalam. Mataku sedikit melebar dibuatnya. Tiba-tiba saja dia melihat ke
arahku. Sempat beberapa detik bola mata kami bertemu. Aku langsung memalingkan
muka dan menghadap ke Eka. Takut kalau dia memergokiku melihatnya.
“Eh, itu yang pake jaket kotak-kotak, coba buka jaketnya! Kamu
kedinginan ya? Nggak biasa pakai AC?” pembina bicara dengan dia. Pada cowok
yang sedari tadi aku perhatikkan diam-diam itu. “Buset dah, Bu. Itu jaket
Bomber namanya.” Seru salah seorang siswa berbadan tambun di pojok sana.
“HAHAHAHAHA” seisi ruangan tertawa menggelegar. Cowok itu melepas jaketnya.
Setelah melepas jaketnya, ternyata dia tidak memakai seragam SMP 2 BAE. “Kamu anak mana? Anak pindahan? Atau anak kelas
tujuh, Kenapa pakai seragam SMP lain? Bukannya seragama kelas tujuh sudah ada?
Seragam kamu kekecilan!” pembina mulai mendekati dia. “Santai Bu, dia teman saya, dia memang murid
pindahan. Jadi wajar belum dapat seragam!” seorang cowok mengaku temannya si
cowok memakai jaket, dan menjelaskan kepada pembina yang sebenarnya. “Dari
sekolah mana kamu?” pembina mulai sinis pada cowok itu. “SMP Mejobo, Bu.” Jawab
cowok itu. “ oh ya sudah, nanti cepat ambil seragam kamu di ruang kesiswaan.
Senin depan kita ada pelantikan anggota baru. Dan saya tidak mau melihat kamu
memakai seragam lamamu. Apalagi dengan gaya seperti ini.” Pembina melanjutkan
panjang lebar.
Keesokan harinya disekolah, tepat di jam istirahat pertama, aku
duduk sendirian dikelas ditemani laptop kesayanganku. Kemudian Caca dan Eka
mengagetkanku karena melamun. Caca mengajak ke kantin, kemudian kita
bersama-sama pergi ke kantin. Sesampai di kantin, aku langsung insiatif mencari
bangku untuk kami bertiga. Akhirnya kami duduk di bangku depan warung bakso
mbak Yuni. Kemudian kita memesan bakso. Selesai memakan bakso kami melanjutkan
ke kelas. Saat berjalan mataku tidak sengaja melihat cowok yang kutemui di
ruang OSIS kemaren. Cowok yang matanya tajam, tetapi teduh. Cowok itu bergabung
dengan Dion, David, Dani, Deni. Dari empat cowok aku sudah mengenalnya tetapi
cowok itu, aku tidak tahu soal apapun tentangnya. Aku pun mencoba bertanya
kepada Caca dan Eka. Siapa tahu mereka lebih uptade daripada aku. “Eh, cowok
yang didepan warung mbak lis, tahu ngak siapa dia?”. tanyaku. “Itu yang
sebelahnya Dion?” jawab Caca. “Ya yang itu kenal kamu Ca?” tanyaku kembali.
“Kenal sih” jawab Caca. “Seriusan Ca?” tanyaku. “yoi, namanya Althaf” jawab
Caca. “Althaf siapa?” Eka bertanya. “Althaf Vico Pandegak. Anak Mejobo. Anak
pindahan” Jawab Caca. Singkat cerita setelah Caca bercerita tentang cowok itu.
Bel Masuk berbunyi. Waktu pulang aku berjalan ke parkiran tiba-tiba ada yang
menabrak saya, bukannya meminta maaf malah ngomel-ngomel tidak jelas. Waktu
kulihat ternyata cowok itu yang menabrak. Sesampai di rumah aku langsung
beristirahat karena capek sekali.
Keesokan harinya, pelajaran IPS telah selesai. Satu setengah jam
yang cukup membosankan. Bukan pelajarannya tetapi gurunya. Kemudian bapak Darto
guru IPS menyuruh saya membawakan buku ke ruangannya. Setelah membawakan buku,
aku berniat ke kantin untuk membeli minuman tetapi beberapa detik kemudian ada
guru memanggil saya dan menyuruh menghantarkan cowok itu ke UKS. Aku kaget,
karena yang tak hantarkan Althaf. Aku jadi kikuk setengah mati, tiba-tiba
kakiku keram. Kulangkahkan kakiku keluar. Sementara Althaf mengikutiku dari
belakang. Tak terasa sudah sampai di depan UKS. Althaf kemudian masuk, dia
mencopot sepatunya. Sebelum dia tiduran di tempat tidur. Dia sempat mengucapkan
terima kasih padaku. Aku mengganguk dan kemudian keluar dari ruangan itu.
Rasanya ingin melayang. Sesampai di rumah kejadian tadi masih terkenang-kenang
sampai tidak bisa membuat aku tidur.
Keesokan harinya, aku bangun dan melihat jam 06.00 WIB, lupa shalat
shubuh dan cepat-cepat ke kamar mandi. Setelah itu aku berpamitan sama Mama.
Sesampai disekolah langsung memakirkan sepeda dan berjalan melewati pekarangan
sekolahan. Lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. Aku segera ke kelas. Sudah
sampai kelas, untung gurunya belum datang. Beberapa menit kemudian guru datang
dan pelajaran berlangsung. Sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB semua siswa boleh
pulang. Sekitar pukul 16.00 WIB aku diajak Eka ke sekolah untuk menemani
membahas acara pemilihan kandidat ketua OSIS. Sesampai disekolah aku melihat
Althaf dan memperhatikkan Althaf dari belakang. Dari sudut ini dia juga begitu
mempesona. Beberapa menit kemudian Eka mengagetkanku disangka aku melamun.
Setelah acara selesai, kemudian pulang. Waktu di parkiran tidak disangka Althaf
menyapa aku terlebih dahulu, kemudian akupun tersenyum kepadanya. Rona merah
tidak dapat disembunyikan lagi. Tak kuasa menahan rasa bahagia.Sebelum aku
menyadari akan perasaanku yang jatuh untuk seorang Althaf.
Akhir-akhir ini Althaf sering mengajakku pergi. Semakin kesini aku
merasakan nyaman jika dekat dengan Althaf. Apa mungkin aku?, tidak mungkin.
Dalam hati aku berkata jangan terbawa perasaan dahulu. Suatu saat Althaf
mengajak aku di suatu taman, disitu aku merasa deg-degan. Kemudian Althaf
mengungkapkan perasaannnya kepadaku , akupun juga begitu. Akhirnya kita
pacaran.
Setelah kejadian kemarin aku sama Althaf berangkat dan pulang
bersama terus. Waktu istirahat Althaf mengajak makan dikantin. Dunia ini
seperti kita yang punya. Tanpa ada pengganggu. Beberapa hari kemudian Caca dan
Eka merasa kalau aku berubah sejak jadian sama Althaf. Tidak bersama-sama lagi,
jarang ngobrol.
Dari kejadian itu aku merasa bersalah karena sudah lupa sama teman
yang selama ini sudah ada dalam suka dan duka. Kemudian aku memutuskan untuk
tidak bersama Althaf lagi, dan althaf bisa mngerti maksudku. Kemudian aku
meminta maaf kepada mereka telah melupakan dan tidak akan mengulangi lagi.
Mereka kemudian memaafkan kesalahanku dan kami bertiga bersama-sama lagi.
Berangkat sekolah bersama, nonton bersama dll.
(gambar 1.4 Teman terbaik)
Demikian dari kisah pengalaman saya. Saya dapat menyimpulkan dari
pengalaaman diatas bahwa teman-teman
yang baik yang bersamamu ini adalah sebuah anugerah dari Allah SWT. mereka jauh
berharga dan lebih baik dari harta benda apapun yang belum kau miliki. Jadi
bersyukurlah mempunyai teman yang baik. Sekian dari saya, apabila ada tulisan
atau perkataan saya yang kurang berkenan di hati, saya minta maaf. Terima kasih :)
Komentar
Posting Komentar